johar| 9 mei 2015 tengah malam
Malem minggu yang lalu, ada kabar mengejutkan di sosial media tentang kebakaran Pasar Johar Semarang. Saia hampir tak percaya kalo pasar induknya jawa tengah itu “kobongan” (terbakar/kebakaran). Tapi status di Blackberry Messenger yang bersliweran pun mengabarkan hal serupa. Yang terlintas kemudian adalah: Pasar Ya’ik, Kanjengan atau benar-benar Pasar Johar yang kebakar?? Hingga Foto dari seorang kawan di BBM seperti terlihat diatas meyakinkan saia bahwa Pasar “tinggalan” Herman Thomas Karsten betul-betul terbakar. Berita selanjutnya lebih mencengangkan karna api kemudian menjalar hingga Pedamaran, Pasar Ya’ik dan kanjengan. Seluruh kompleks pasar bekas alun-alun semarang itu luluh lantak, ludes terbakar.
sedih!
Meski harus jujur mengakui bahwa saia jarang ke Johar (terakhir mungkin sekira 3 tahun silam ketika mengantar kawan KLanis dari Jogja mencari kaset bekas KLa disana) tetapi saia punya ikatan emosional dengan Johar. Setidaknya ketika Tugas Akhir kuliah dulu saia menambatkan pilihan pada judul “REDESAIN PASAR YA’IK & REFUNGSIONALISASI ALUN-ALUN SEMARANG (sebuah pendekatan post-modern).
Yups, Pasar Johar dan kompleksitas kawasannya jadi fokus saia waktu itu… 😀
Tulisan berikut adalah tulis ulang Tugas Akhir saia itu. Sembari berdoa agar Pasar Johar karya Arsitek Thomas Karsten, yang pernah jadi pasar ter modern dan terbesar se asia tenggara pada jamannya itu, masih dapat kita nikmati pada hari-hari nanti. Semoga struktur cendawannya masih akan berdiri menawan, hingga generasi nanti bisa tetap melihatnya. Tak hanya mengenal Johar dari hasil googling, baca buku kenangan atau dongeng para orang tua.
morfologi| perkembangan kawasan johar menjadi sentra perdagangan
Kawasan Johar (Pasar Johar, Ya’ik, Kanjengan, Pedamaran dan daerah sekitarnya) telah dikenal sebagai pusat perdagangan sejak antara tahun 1500-1700 dengan dikenalnya Semarang sebagai kota pelabuhan penting. Hal ini ditandai dengan hadirnya bangsa-bangsa asing seperti; Cina, Melayu, Arab/Persia dan kemudian disusul Belanda pada abad 17 [Semarang Menyongsong Tahun 2000, 1996:15]
Pertumbuhan kawasan Johar sebagai pusat perniagaan mulai nampak pada awal abad ke-19. Pada waktu itu perahu dari berbagai daerah dapat merapat hingga ke kawasan Johar yang kian meningkatkan citra kawasan Johar sebagai pusat niaga. Melihat potensi besar kawasan di dekat Kanjengan (kantor dan kediaman Bupati Semarang) ini sebagai pusat perdagangan, pemerintah Belanda membangun Pasar Johar yang dibangun diatas tanah pasar Djohar lama dan pasar pedamaran serta mengambil sebagian tanah alun-alun, penjara, kabupaten dan beberapa toko tua di sekitarnya [Thomas Karsten : 1936]
Kejayaan Pasar Johar terus berlanjut sejak jaman kolonial hingga setidaknya sampai akhir dekade 70-an. hingga tahun-tahun itu kawasan Johar masih merupakan satu-satunya pusat keramaian di ibukota Jawa Tengah ini [Suara Merdeka, edisi Minggu 13 September 1998 : Hal. 2]
selain sebagai pusat perniagaan, kawasan Johar juga merupakan pusat pemerintahan Kadipaten Semarang masa lampau. hingga mungkin bisa jadi alasan pembenar jika kemudian kawasan ini tumbuh pest menjadi sentra perdagangan. karena jika melihat pola spasial kota Jawa selalu dibentuk oleh struktur-struktur yang tetap : pusat pemerintahan, pusat perdagangan (pasar), pusat peribadatan (masjid) serta alun-alun yang mendominasi pusat kotanya.
pola| spasial kota tradisional jawa
gejala hedonisme global (paham yang mendewakan simbol-simbol kebendaan akibat pengaruh budaya global) yang menjangkiti masyarakat semakin mendorong tumbuh pesatnya kawasan ini sebagai pusat perniagaan utama Kota Semarang. fungsi kawasan sebagai pusat niaga semakin menonjol dan mengabaikan aspeklain seperti: upaya konservasi kawasan, perlunya ruang terbuka untuk aspek penghijauan yang mendukung ekologi lingkungan dan berbagai aspek lainnya. Kondisi ini kian “terlegitimasi” ketika ketika pada tahun 1972 Pemda Kotamadia Semarang membangun pasar permanen yang menutup alun-alun seluas 11.576 m2 dan diberi nama Pasar Ya’ik Permai.
morfologi| perkembangan pembangunan pasar ya’ik
Selanjutnya Kanjengan sebagai pusat pemerintahan juga turut dilenyapkan menjadi komplek pertokoan dengan nama sama, Kanjengan. Citra Kawasan sebagai pusat pemerintahan masa lampau kian pudar. Hal ini terus berlanjut hingga sedikit urban space yang tersisa menjelma menjadi hotel metro dan gedung Bank BPD Jawa Tengah.
1999| impian saya tentang penataan Johar
ruang terbuka hijau pada gambar sebagai implementasi alun-alun semarang, ternyata jadi kenyataan di tahun 2010-an yang sayangnya “hanya” difungsikan sebagai lahan parkir motor.
Lalu 9 mei lalu, pasar johar, satu-satunya tinggalan kejayaan masa silam yang masih tersisa turut terbakar. kita patut khawatir apakah bangunan desain Thomas Karsten itu akan bisa dilestarikan? mengingat sejarah panjang kota ini yang terasa masih kurang peduli terhadap bangunan cagar budaya.
#sepatutnya kita berdo’a…