tiket konser| beli semua inginmu!
Jika panjenengan tinggal di kota-kota seputaran Jawa Tengah, setidaknya pada akhir pekan, dapat anda jumpai para “pengamen tradisional” yang menari/beratraksi di lampu-lampu merah jalan protokol kota. Saia selalu miris tiap kali mendapati pemandangan itu. Sebersit tanya yang kemudian mengemuka: “tak adakah panggung yang lebih layak bagi seniman tradisi, di negerinya sendiri?”
#Konser1512 KLa Project: PASSION, LOVE AND CULTURE sedikit mengobati kegelisahan tersebut. Respek pada KLa yang memberi tempat yang layak untuk para musisi tradisi di konser ini. Dimata saia, KLa Tak sekedar berbagi “Lagu untuknya”, tapi juga “Panggung untuk- mu – nya!” Dan Saia beruntung turut menjadi saksi konser istimewa yang digelar 15 Desember 2016 silam itu.
“Gedung Kaca” jawab seorang petugas di Taman Ismail Marzuki (TIM) saat saia bertanya Teater Jakarta, tempat KLa manggung. Sebuah bangunan postmodern di area belakang komplek TIM yang didominasi panel kaca tampak menonjol diantara bangunan lainnya. Yup, di gedung itu sejarah baru musik Indonesia akan tercipta malam ini. Kukira..
Atmosfer konser yang “tak sekedar biasa” sudah terasa sejak memasuki lobby. Persis di depan pintu masuk kita disambut pemain suling dan (mungkin) sitar -maaf saia tak tahu nama alat musik itu- dengan background hitam bergambar logo konser. Di sisi kiri ada booth gede tempat cekrek-cekrek dan selfi.
welcome concert| ini panggung untukmu!
Saia langsung menuju lift ke lantai 2 (dua) dan cari posisi. Sebagai tempat pertunjukan, Teater Jakarta terasa lebih manusiawi dibanding pengalaman saat nonton Grand KLakustik di JCC. Meski dari balkon lantai 2, stage-nya terlihat tak terlampau jauh. Posisi tribun pun lebih langsam, tak terlalu curam. Bahkan meski saia dapat tempat duduk di pinggir/tepi saia masih bisa menikmati panggung utama dengan cukup “sempurna”.
Sekira jam 8 (delapan) malam lampu mulai padam dan “konser budaya” ini pun dimulai. Tidak dengan lagu “Hey” sebagaimana lazimnya konser reguler KLa, tapi dibuka oleh tembang “SAUJANA” dengan sentuhan etnik minang. And the history was begin..
song list| Imelda’s note at facebook. thank’s sist… 🙂
Pada konser malam ini, sepertinya KLa benar-benar total memberi panggung terhormat untuk para seniman dan musisi tradisi. kehadiran mereka tak sekedar tempelan pada lagu, tapi menjadi bagian utuh dari sebuah aransemen. maaf jika terkesan sok jadi pengamat musik, tapi begitulah kesan saia. Begitu banyak lagu -meski tak semua- yang bernafas etnis malam ini. Hingga saia beberapa kali sampai hampir tak mengenali nomor apa yang akan dimainkan. semua penuh kejutan..
KLa| hamemayu hayuning nuswantara
Terdengar raungan-raungan mistis yang jadi intro “Terpuruk”. saia sempat menduga ini sentuhan etnis Dayak, meski pada catatan Imel diatas ternyata budaya dari papua. Kendang Jawa Barat menghiasi “Waktu Tersisa”, aroma Batak pada lagu “Terkenang”, pun nuansa Bali hingga Melayu. Tak cuma itu, pada “Lagu Baru” turut dihadirkan dua penari jaipong yang kian menghangatkan suasana. pokok’e komplit, plit,plitt…
LaguBaru| goyang karawang kekinian
Pada tembang kebangsaan “YOGYAKARTA” KLa coba membangun suasana mistis jawa dengan menghadirkan rombongan penari, waranggana (sinden) dan niyaga gamelan. Megah, tapi saia berasa sedikit kehilangan “suara derap kuda” di awal lagu yang biasanya tercipta oleh ketukan drum. Yang tak kalah menarik juga adalah permainan Sasando di lagu “Romansa” nan istimewa. saia sempat merekam lagu ini utuh. Tunggu youtube channel saia ya… 😀
closing ceremony| pulanglah dengan damai…
Nyaris dua setengah jam KLa membawa kita mengeksplorasi kekayaan nusantara, saat track bonus “Semoga” dilantunkan menutup konser malam ini (akan ada juga di youtube channel saia). Merajut keragaman menjadi sebuah harmoni. meneguhkan eksistensi KLa untuk terus hamemayu hayuning nuswantara: memperindah keelokan (budaya) nusantara…
*proud to you, KLa…