kolam ikan | pelepas lelah jiwa sehari & penghibur diri
Mungkin tak banyak yang tahu, selain Goa Kreo, Waduk Jatibarang, Omah Alas dan selfie booth “Di Atas Awan”, Desa Wisata Kandri juga juga memiliki destinasi wisata edukasi (sejarah) berupa Yoni atau kadang disebut “watu lumpang”. Tepatnya di RT. 05/ RW. 01 Kelurahan Kandri, di sebuah homestay tak jauh dari Balé Kelurahan Kandri. berikut cerita tentang keberAdaan yoni di situ. Sugeng midangetaken…
Sekira dua tahun silam, saat belum bara (merantau) ke Jakarta, saia – dibantu pak lik yoyok – bikin kolam ikan kecil di léngkong kiwa rumah. Rumah keluarga itu – kini semenjak jadi homestay, karena Kandri jadi Desa Wisata- kami sebut #omahkawaluyan (sorry, promo.. :D)
Dan seperti lazimnya omah kampung tahun ’80 an, berdenah persegi panjang 6×12 m’ plus teras 2m’ di bagian depan. Tak seperti di perumahan, rumah kami menyisakan pekarangan di sekeliling bangunan. Orang Jawa menyebutnya léngkong untuk sisa tanah di sisi kiri dan kanan ( kiwa & tengen) bangunan.
Kolam itu ada di léngkong kiwa yang kebetulan hanya menyisakan 1 m’ lahan dengan batas tetangga. Jadi cuman selebar itu pula dimensi kolamnya. tapi lumayanlah kalo sekedar buat miara beberapa ikan koi sebagai pelepas kejenuhan rutinitas. Kalo panjenengan juga pengen memanfaatkan lahan sempit untuk menyalurkan hasrat miara ikan, mungkin kolam ini bisa jadi inspirasi :p
Setelah berdiskusi dengan banyak orang, termasuk mandor Arifin & mas PM Bhartanto tentang teknis filterisasi dan seterusnya dan sebagainya, akhirnya kolam itu mulai dieksekusi. Saia share layoutnya, siapa tau berguna.
Hardjaloka | kolam léngkong kiwa
Tak perlu saia uraikan teknis pembuatan kolam yang baik & benar, karena melimpah ruah dan mudah panjenengan gugling di ruang maya. yang perlu diingat, pada tahap ini panjenengan harus hati-hati. karena sedikit saja kecerobohan akan membuat anda menyesal, setidaknya sampai dua tahun kemudian. seperti saia 😀
Secara teknis, kolam ikan yang baik –konon- harus memiliki sirkulasi air yang baik. Sebagai tukang kolam newbie, saia kepikiran untuk menambahkan semacam pancuran sebagai sistem sirkulasi. Selain demi alasan teknis, suara gemericik air nampaknya juga akan terdengar sangat eksotis bagi kuping saia.
Oke, Fix. Pancuran. Tapi bagaimana bentuknya? Saia gak pingin cuman sekedar pipa paralon menjulang yang terus cuman keluar air gitu aja. Udah bosen, keseringan liat pipa PVC bermacam ukuran di kerjaan. Hehee…
Ngobrol sana-sini, diskusi, ada yang ngusulin patung ikan, arca wanita hingga duplikasi patung merlion singapura. tapi saia malah keingetan Yoni. damn!
Yup, Yoni merupakan landasan lingga yang kerap diartikan sebagai pralambang kesuburan. Pada umumnya berdenah bujur sangkar, sekeliling badannya terdapat pelipit-pelipit dan di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. Penampang atas Yoni terdapat lubang berbentuk bujur sangkar yang berfungsi untuk meletakkan lingga. Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. Beberapa ahli mengemukakan bahwa bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca.
Sebenernya ini memori lama yang –entah mengapa- masih tertanam di kepala. Waktu SD, di rumah penduduk dekat sekolah ada lumpang watu kuna yang buat nanem bunga. Seiring waktu (dan nambahnya ilmu) saia percaya itu yoni. Karena meski bentuknya sudah tak utuh, pahatan sekelilingnya tampak rapi dan berbentuk “profilan”. Beda dengan lumpang watu milik simbah, yang sekeliling badannya rata saja.
Sejak itu saia percaya, peradaban kampung Kandri ini bukan “baru saja”. Dan saia yakin, ada sisa peradaban lama yang masih tertinggal di sini. Mulailah saia –meski tak menggebu- berburu informasi tentang jejak “tinggalan lama” yang ada di kampung ini. Sungguh tak mudah, karena sudah tak ada jejak kasat mata yang bisa dijumpai. Hufft…
Hingga secercah harap terdengar dari cerita tentang “lumpang gendruwo” di kawasan sirandu –area tegalan di barat daya kampung. Sayangnya, itu bukan rejeki saia. “Lumpang gendruwo” itu adalah pot bunga yang saia ingat sejak SD itu. sialnya lagi, bersama beberapa “tinggalan” lainnya sudah dirawat selamatkan oleh Abahe Rowiyan di PONPES Mambaul Qur’an dekat lapangan Kridhasana Kandri. Lemes, nda… 🙂
Berhubung kolam pengen segera dinikmati, terpaksa saia kubur impian memasang yoni “asli”. Beruntungnya saia punya temen Dwijo Lips, ownner siKlasik, mangunsari yang biasa bikin ornamen-ornamen klasik, relief dll. dari bahan pasir-semen. Yaweslah, pesen dia saja.. 😀
Meski replika, saia coba bikin –setidaknya- mendekati yoni asli. Dimensi menyesuaikan lebar lahan. berhubung browsing gagal nemu data teknis yoni, proporsinya saia dapet dari tracing foto Yoni Candirejo, Tuntang. Kenapa saia pilih yoni yang itu? Karena saia ambil kredit rumah di Perum Candi Asri, yang berlokasi persis di sebelahnya. :p
pancuran | yoni tangguh kamardikan
tak seperti yoni asli yang padat solid, yoni imitasi ini berongga di tengahnya. Agar enteng dan sebagai tempat jalur pipa-pipa. Bagian cerat saia fungsikan sebagai pancuran, tempat jatuh air ke kolam. Pada penampang atas juga ada “lubang kotak” tempat lingga, hanya saja berubah fungsi menjadi “penampung air sementara” dari pipa agar debit air yang jatuh tetap terjaga. Bagian lingganya saia ganti tutup berbentuk padma dengan ornamen hurup “alif” di tengahnya. Saia agak lupa filosofi padma, tapi seingat saia tentang kebajikan. Jadi khusnudzon saja…
tentang huruf alifnya, terinspirasi dari “Sang Alif’ nya Sosro Kartono. Walaupun alasan sebenernya sih soal narsis saja. karena saia anak pertama dan alif adalah huruf pertama hijaiyah. Boleh, kan ya? Hehee..
Dibidang bawah yoni sisi cerat, ada tulisan beraksara Jawa. Jadi tulisan berharga itu tersembunyi di belakang air yang jatuh ke kolam. Saia bayangkan akan ada semacam tirai air yang akan membuat tulisan itu terlihat lamat-lamat. Asyiiik, kan…
Terus, bacaannya apa?
Aahhh, mari mampir sini. kita berlukar cerita, menikmati senja ato sekedar nyeruput kopi 🙂