Di seberang bukit, di antara rerumpun bambu di tepian Kali Setang nan menawan, rombongan kecil Dewi Kasturi beristirahat melepas penat. Matahari sudah mulai sepenggalah. Badak warak berendam di jernihnya air sungai, Caturewanda bersenda gurau di antara pokok bambu yang menjulang. Cicit burung pipit terdengar menyambut kunjungan mereka.
Sang Dewi tersenyum menyaksikan keceriaan sahabat-sahabat terkasihnya.
Ada perasaan lega seisi rimba tampak rukun bahagia…
Perlahan diletakkannya gendewa pusaka lalu mengambil sikap duduk bersila di bawah teduhnya rumpun bambu.
Menghela udara segar sambil menikmati keriuhan sahabat-sahabatnya yang asyiik bercanda. Dalam hati sang Dewi bersyukur atas karunia Tuhan yang berlimpah ke segenap penjuru Rimba.
Sungguh, Wanamangreho adalah sepetak surga yang dititipkan Tuhan padanya…
* * *
Dewi Kasturi beranjak dari duduknya. Perlahan ke arah sungai hendak membasuh muka. Mengusir gerah yang mulai mendera…
Baru saja, sepasang kaki indah sang Dewi menjejak air. Deretan jemari cantiknya belum juga menyentuh permukaan kali nan bening…
Tiba-tiba,
Dari arah lereng bukit, serombongan rusa berlari tergesa. Rona kepanikan tampak jelas tergambar di wajah mereka. Lintang pukang mereka menerobos rimbunan semak yang menghadang, serombongan yang paling depan malah telah saling bersiterjang, bertubrukan jatuh terjerembab hingga tercebur ke dasar sungai.
Dewi Kasturi terkejut! Terlebih dilihatnya Kidang Kencana, tetua para rusa, nampak ada diantara mereka. Sang Dewi bergegas ke darat, dengan sigap menyambar gendewa pusaka dan memanggil Badak warak untuk naik ke darat.
Tak lupa diutusnya Caturewanda menghampiri Kidang Kencana, memberitahukan keberadaan Sang Dewi di situ. Dewi Kasturi segera memacu Badak Warak mendekat ke tempat Caturewanda menemukan Kidang Kencana yang terperangkap semak berduri di ujung lembah.
Apa gerangan yang terjadi?? “Rubeda” apa yang mengusik kedamaian Wana mangreho??
Senjakala Rimba Wanamangreho, tampak jelas di pelupuk mata…
~ bersambung….